Rabu, 24 Agustus 2016

Imunologi

Imunologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang sistem pertahanan tubuh. Kata “imunologi” berasal dari kata immunitas dari bahasa latin yang berarti pengecualian atau pembebasan. Istilah itu awalnya dipakai oleh senator Roma yang mempunyai hak-hak istimewa untuk bebas dari tuntutan hukum pada masa jabatannya. Immunitas (imunitas) selanjutnya dipakai untuk suatu pengertian yang mengarah pada perlindungan dan kekebalan terhadap suatu penyakit, dan lebih spesifik penyakit infeksi. Konsep imunitas yang berarti perlindungan dan kekebalan sesungguhnya telah dikenal oleh manusia sejak jaman dahulu. Pada saat ilmu imunologi belum berkembang, nenek moyang bangsa Cina membuat puder dari serpihan kulit penderita cacar untuk melindungi anak-anak mereka dari penyakit tersebut.
imunologi
Puder tersebut selanjutnya dipaparkan pada anak-anak dengan cara dihirup. Cara yang mereka lakukan berhasil mencegah penularan infeksi cacar dan mereka kebal walaupun hidup pada lingkungan yang menjadi wabah. Saat itu belum ada ilmuwan yang dapat memberikan penjelasan, mengapa anak-anak yang menghirup puder dari serpihan kulit penderita cacar menjadi imun (kebal) terhadap penyakit itu. Imunologi tergolong ilmu yang baru berkembang. Ilmu ini sebenarnya berawal dari penemuan vaksin oleh Edward Jenner pada tahun 1796. World Health Organization (WHO) menyatakan smallpox musnah pada tahun 1979. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Jenner belum bisa menjelaskan perihal smallpox dengan baik.
Edward Jenner adalah ilmuan yang menemukan ilmu vaksin
Ketika Jenner menemukan vaksin untuk smallpox, Jenner sendiri tidak tahu apa penyebab penyakit yang mematikan itu. Baru abad 19 Robert Koch bisa menjelaskan adanya beberapa agen penginfeksi berupa mikroorganisme yang menimbulkan penyakit. Mikroorganisme tersebut meliputi, virus, bakteri, fungi, dan beberapa eukaryotik yang selanjutnya disebut parasit. Organisme parasit sampai saat ini masih menjadi pekerjaan yang sulit bagi para ilmuan. Penyakit malaria yang ditimbulkan oleh plasmodium, kaki gajah oleh Wuchereria bancrofti, masih merambah di belahan bumi ini terutama di daerah tropis.
Virus dari Mikroorganisme
Penemuan oleh Robert Koch dan penemuan besar lain pada abat 19 telah mengilhami penemuan-penemuan vaksin beberapa penyakit. Pada tahun 1880, Lois Pasteur menemukan vaksin kolera yang biasa menyerang ayam. Pada perkembangannya Lois Pasteur berhasil menemukan vaksin rabies. Penemuan-penemuan tersebut di atas mendasari perkembangan ilmu Imunologi yang mendasarkan kekebalan sebagai alat untuk menghindari serangan penyakit. Pada tahun 1890, Emil von Behring dan Shibasaburo Kitasato menemukan bahwa individu yang telah diberi vaksin akan menghasilkan antibodi yang bisa diamati pada serum. Antibodi ini selanjutnya diketahui bersifat sangat spesifik terhadap antigen.
Vaksin akan menghasilkan antibodi
Respon tubuh yang diperantarai oleh antibodi dikenal dengan istilah respon imunitas adaptif, sebab produksi antibodi tersebut melalui suatu proses adaptasi terhadap patogen yang menginfeksi. Respon imunitas adaptif ini memiliki peranan sangat penting bagi pertahanan selanjutnya untuk patogen yang sama. Mekanisme kerja respon imunitas adaptif sangat berbeda dengan yang dilakukan oleh
sel-sel fagosit. Sel fagosit seperti makrofag, neutrofil, dan sel dendritik dapat merespon patogen yang masuk secara langsung tanpa menunggu waktu adaptasi. Di samping tanpa menunggu waktu, sel fagosit melakukan kerjanya tanpa memerlukan spesifikasi antigen.
Sel fagosit-Immunologi
Sifat-sifat imunitas yang bekerja tanpa memerlukan waktu untuk menjadi sel efektor dan tanpa spesifikasi dalam mengenali antigen disebut imunitas innate. Makrofag bisa dikatakan kunci terpenting pada imunitas innate, yaitu pertahanan bawaan yang responnya secara langsung tanpa menunggu waktu. Hal ini sama sekali berbeda dengan mekanisme yang dilakukan oleh antibodi. Antibodi hanya tersintesis jika ada antigen yang sesuai, dan produksinya memerlukan waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar