Scleroderma adalah penyakit autoimun dengan
gejala utama berupa pengerasan dan penebalan kulit. Area yang sering terkena
adalah wajah, tangan, dan kaki. Organ-organ di dalam tubuh, seperti sistem
pernapasan dan pencernaan, juga dapat terkena. Pengerasan tersebut terjadi
akibat sel-sel di dalam jaringan penghubung kulit memproduksi kolagen secara
berlebihan sebagai efek dari sistem kekebalan tubuh yang bekerja secara tidak
terkendali. Scleroderma bukanlah penyakit keturunan, namun kelainan gen diduga
turut memicu terjadinya penyakit ini.
Gejala
Scleroderma
Scleroderma tidak hanya
menyerang kulit atau terlokalisasi di bagian kulit tertentu (localised
scleroderma), tapi penyakit ini juga bisa bersifat sistemik dan
menyerang organ dalam maupun sirkulasi darah (systemic sclerosis).
Pada localised scleroderma, terdapat
dua macam bentuk bercak keras di kulit, salah satunya berbentuk oval (morphoea).
Dilihat dari warnanya, bercak oval ini bisa terlihat lebih gelap atau lebih
terang dibandingkan warna kulit asli penderita. Dengan permukaan yang tidak
ditumbuhi bulu dan terasa gatal, bercak oval bisa muncul di bagian kulit mana
pun.
Bentuk bercak localised scleroderma kedua adalah lurus (linear).
Bercak lurus ini bisa muncul melintang pada kulit kepala, tangan, kaki, atau
wajah. Pada kasus linear
localised scleroderma, pengerasan
jaringan kulit juga bisa berdampak kepada otot atau tulang yang berada di bawah
kulit. Jika diderita anak-anak, kondisi ini berpeluang menyebabkan deformitas
tulang dan mengganggu pertumbuhan. Pengerasan kulit pada anak-anak umumnya
terjadi di bawah kaki mereka.
Golongan scleroderma
selanjutnya adalah systemic
sclerosis. Dinamai seperti itu karena efek penyakit
tidak hanya terlokalisasi di kulit, tapi juga bisa menyerang sebagian organ
dalam, seperti:
- Usus (menyebabkan gejala konstipasi, diare, nyeri ulu hati, dan inkontinensia alvi (ketidakmampuan menahan dan mengeluarkan tinja pada waktu dan tempat yang tepat).
- Ginjal, paru-paru, dan jantung (menyebabkan gejala tekanan darah tinggi, sesak napas, dan hipertensi paru).
- Esofagus (menyebabkan gejala disfagia atau sulit menelan).
- Systemic sclerosis lebih banyak diderita oleh wanita daripada laki-laki, dengan kisaran usia antara 30-50 tahun. Sedangkan pada anak-anak, kondisi ini jarang terjadi. Jenissystemic sclerosis tipe ringan biasanya timbul sebagai Fenomena Raynaud yang mana ujung jari-jari tangan memutih bila terpapar suhu dingin.
Saat terkena systemic sclerosis, kulit wajah penderita dapat terasa
mengencang dan menebal terutama di sekitar bibir. Gejala ini juga terasa pada
jari-jari tangan dan kaki, namun sebelum penebalan terjadi, bagian tersebut
akan terlebih dahulu mengalami pembengkakan hingga bentuknya menyerupai sosis.
Pengerasan
kulit juga dapat mengganggu pergerakan sendi dan menimbulkan nyeri. Gejala
lainnya yang menyertai adalah tubuh terasa lelah, penurunan berat badan, serta
mengalami kerontokan rambut.
Tidak hanya organ dalam, systemic
sclerosis juga bisa menghambat pembuluh darah
tangan, kaki, dan wajah sehingga pada bagian-bagian tersebut muncul
bintik-bintik merah.
Diagnosis Scleroderma
Periksakan diri anda ke dokter apabila ada gejala-gejala scleroderma pada diri anda atau anak anda,
seperti tangan atau kaki mudah merasa dingin (sensitivitas tidak wajar); mati
rasa, kesemutan, dan perubahan warna kulit, kulit terasa mengencang, menebal,
dan mengeras; serta munculnya benjolan-benjolan putih di bawah permukaan kulit.
Ada
beberapa langkah medis yang bisa dilakukan oleh dokter untuk mendiagnosis
scleroderma, di antaranya:
- Pemeriksaan fisik untuk melihat pola bercak dan pengerasan di kulit.
- Biopsi atau pemeriksaan sampel jaringan kulit di laboratorium.
- Pemeriksaan darah untuk mengukur tingkat suatu zat antibodi.
- Tes ekokardiogram untuk mengetahui gambaran kondisi jantung.
- CT scan untuk mengetahui gambaran kondisi paru-paru.
- Tes fungsi paru.
Scleroderma
tergolong sulit didiagnosis. Selain karena dapat menyerang beberapa bagian
tubuh penderitanya, kondisi ini memiliki banyak bentuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar