Rabu, 24 Agustus 2016

Penyakit Lupus

Apa Itu Penyakit Lupus????
Penyakit LUPUS adalah penyakit baru yang mematikan setara dengan kanker. Tidak sedikit pengindap penyakit ini tidak tertolong lagi, di dunia terdeteksi penyandang penyakit Lupus mencapai 5 juta orang, lebih dari 100 ribu kasus baru terjadi setiap tahunnya. Arti kata lupus sendiri dalam bahasa Latin berarti “anjing hutan”. Istilah ini mulai dikenal sekitar satu abad lalu. Awalnya, penderita penyakit ini dikira mempunyai kelainan kulit, berupa kemerahan di sekitar hidung dan pipi. Bercak-bercak merah di bagian wajah dan lengan, panas dan rasa lelah berkepanjangan , rambutnya rontok, persendian kerap bengkak dan timbul sariawan. Penyakit ini tidak hanya menyerang kulit, tetapi juga dapat menyerang hampir seluruh organ yang ada di dalam tubuh. Gejala-gejala penyakit dikenal sebagai Lupus Eritomatosus Sistemik (LES) alias Lupus. Eritomatosus artinya kemerahan. sedangkan sistemik bermakna menyebar luas keberbagai organ tubuh. Istilahnya disebut LES atau Lupus. Gejala-gejala yang umum dijumpai adalah:
Gejala penyakit lupus
  • Kulit yang mudah gosong akibat sinar matahari serta timbulnya gangguan pencernaan.
Gejala umumnya penderita sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan, demam dan pegal-pegal. Gejala ini terutama didapatkan pada masa aktif, sedangkan pada masa remisi (nonaktif) menghilang.
  • Pada kulit, akan muncul ruam merah yang membentang di kedua pipi, mirip kupu-kupu. Kadang disebut (butterfly rash). Namun ruam merah menyerupai cakram bisa muncul di kulit seluruh tubuh, menonjol dan kadang-kadang bersisik. Melihat banyaknya gejala penyakit ini, maka wanita yang sudah terserang dua atau lebih gejala saja, harus dicurigai mengidap Lupus.
  • Anemia yang diakibatkan oleh sel-sel darah merah yang dihancurkan oleh penyakit LUPUS ini
  • Rambut yang sering rontok dan rasa lelah yang berlebihan
Penyakit lupus adalah penyakit sistem imunitas di mana jaringan dalam tubuh dianggap benda asing. Reaksi sistem imunitas bisa mengenai berbagai sistem organ tubuh seperti jaringan kulit, otot, tulang, ginjal, sistem saraf, sistem kardiovaskuler, paru-paru, lapisan pada paru-paru, hati, sistem pencernaan, mata, otak, maupun pembuluh darah dan sel-sel darah.
Rambut yang sering rontok adalah gejala penyakit lupus
Penyakit ini dapat mengenai semua lapisan masyarakat, 1-5 orang di antara 100.000 penduduk, bersifat genetik, dapat diturunkan. Wanita lebih sering 6-10 kali daripada pria, terutama pada usia 15-40 tahun. Bangsa Afrika dan Asia lebih rentan dibandingkan kulit putih. Dan tentu saja, keluarga Odapus. Timbulnya penyakit ini karena adanya faktor kepekaan dan faktor pencetus yaitu adanya infeksi, pemakaian obat-obatan, terkena paparan sinar matahari, pemakaian pil KB, dan stress. Penyakit ini justru kebanyakaan diderita wanita usia produktif sampai usia 50 tahun sekalipun ada juga pria yang mengalaminya. Oleh karena itu diduga penyakit ini berhubungan dengan hormon estrogen. Pada kehamilan dari perempuan yang menderita lupus, sering diduga berkaitan dengan kehamilan yang menyebabkan abortus, gangguan perkembangan janin atau pun bayi meninggal saat lahir. Tetapi hal yang berkebalikan juga mungkin atau bahkan memperburuk gejala LUPUS. Sering dijumpai gejala Lupus muncul sewaktu hamil atau setelah melahirkan.
Penyakit lupus yang menyerang wanita hamil
Tubuh memiliki kekebalan untuk menyerang penyakit dan menjaga tetap sehat. Namun, dalam penyakit ini kekebalan tubuh justru menyerang organ tubuh yang sehat. Penyakit Lupus diduga berkaitan dengan sistem imunologi yang berlebih. Dalam tubuh seseorang terdapat antibodi yang berfungsi menyerang sumber penyakit yang akan masuk dalam tubuh. Uniknya, penyakit Lupus ini antibodi yang terbentuk dalam tubuh muncul berlebihan. Hasilnya, antibodi justru menyerang sel-sel jaringan organ tubuh yang sehat. Kelainan ini disebut autoimunitas. Antibodi yang berlebihan ini, bisa masuk ke seluruh jaringan dengan dua cara yaitu:
Pertama, antibodi aneh ini bisa langsung menyerang jaringan sel tubuh, seperti pada sel-sel darah merah yang menyebabkan selnya akan hancur. Inilah yang mengakibatkan penderitanya kekurangan sel darah merah atau anemia.
Antibodi bisa langsung menyerang jaringan sel tubuh seperti pada sel darah merah
Kedua, antibodi bisa bergabung dengan antigen (zat perangsang pembentukan antibodi), membentuk ikatan yang disebut kompleks imun. Gabungan antibodi dan antigen mengalir bersama darah, sampai tersangkut di pembuluh darah kapiler akan menimbulkan peradangan. Dalam keadaan normal, kompleks ini akan dibatasi oleh sel-sel radang (fagosit) Tetapi, dalam keadaan abnormal, kompleks ini tidak dapat dibatasi dengan baik. Malah sel-sel radang tadi bertambah banyak sambil mengeluarkan enzim, yang menimbulkan peradangan di sekitar kompleks. Hasilnya, proses peradangan akan berkepanjangan dan akan merusak organ tubuh dan mengganggu fungsinya. Selanjutnya, hal ini akan terlihat sebagai gejala penyakit. Kalau hal ini terjadi, maka dalam jangka panjang fungsi organ tubuh akan terganggu.
Kesembuhan total dari penyakit ini, tampaknya sulit. Dokter lebih berfokus pada pengobatan yang sifatnya sementara. Lebih difokuskan untuk mencegah meluasnya penyakit dan tidak menyerang organ vital tubuh.
Bergabungnya Antibody dengan Antigen

Bahaya Penyakit Lupus

Bahaya Penyakit Lupus
Penyakit Lupus secara umum merupakan kelainan yang bersifat kronik pada masalah imunitas tubuh. Manusia memiliki sistem kekebalan tubuh yang berfungsi untuk menyerang benda asing, virus, bakteri atau kuman yang dapat menyebabkan penyakit. Tetapi, pada penderita penyakit Lupus, sistem kekebalan yang harusnya berfungsi sebagai pelindung tubuh mengalami kelainan. Tubuh tidak dapat membedakan antara benda asing yang harus dimusnahkan dengan jaringan tubuh sendiri yang bermanfaat untuk kelangsungan hidup.
Penyakit lupus
Akibatnya, yang diserang adalah jaringan tubuh sendiri dan menyebabkan kerusakan pada organ tubuh seperti pada paru-paru, darah, kulit, ginjal, otak, jantung, dan lainnya. Kerusakan pada organ tubuh vital selanjutnya menyebabkan penderita Lupus yang disebut Odapus semakin lemah dan sakit.

Jenis Lupus

Beberapa jenis penyakit Lupus ada yang berbahaya dan ada juga yang kurang berbahaya. Tidak semua penyakit Lupus menyerang organ vital. Ada juga yang hanya menyerang jaringan kulit. Berikut ini beberapa jenis penyakit Lupus.
Bahaya Penyakit lupus
  • Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
SLE dalam Bahasa Indonesia disebut sebagai Lupus Eritematosus Sistemik (LES). Penyakit ini sangat berbahaya karena menyerang organ dalam tubuh yang vital. Eritematosus sendiri berarti kemerahan. Itu adalah karakteristik penyakit ini yaitu ada tanda atau bercak kemerahan.
  • Dicoid Lupus
Jenis Lupus ini hanya menyerang kulit. Biasanya muncul bercak merah pada kulit.
  • Drug Induced Lupus
Penyakit Lupus ini dipicu karena mengkonsumsi obat-obatan tertentu.
Drug Induced Lupus

Gejala dan Deteksi Lupus

Gejala penyakit Lupus bisa berbeda-beda pada tiap penderitanya. Itu sebabnya seseorang yang menderita penyakit ini sulit mendeteksi penyakit tersebut. Bahkan, gejalanya dapat menyerupai gejala penyakit lain.
Hal ini disebabkan karena organ tubuh yang diserang bisa berbeda pada tiap penderitanya. Misalnya, bila yang diserang adalah darah, maka gejalanya mirip dengan orang yang menderita anemia. Bila yang diserang mulut, maka penderita dapat mengalami sariawan yang berkepanjangan yang dapat dianggap sebagai gejala kekurangan vitamin C.
Beberapa gejala yang umum pada penyakit ini adalah munculnya bercak merah pada hidung dan kedua pipi membentuk seperti kupu-kupu yang disebut butterfly rash. Bercak dapat pula terjadi pada tubuh. Dalam tahap lanjut, penyakit ini dapat menyebabkan kerontokan rambut, rasa lelah yang berlebihan, kerusakan pada organ tubuh. Penderita Lupus mengalami gejala seperti pada orang yang menderita kanker.
Test-antinuclear antibodies (ANA) untuk mendeteksi penyakit lupus
Maka, cara mengetahui apakah seseorang tersebut menderita Lupus atau tidak yaitu dengan melakukan test antinuclear antibodies (ANA). Jika hasil tes positif maka kemungkinan besar orang tersebut mengidap penyakit Lupus.

Penyebab Penyakit Lupus

Lupus bukanlah penyakit menular dan sebagian besar penderitanya adalah wanita pada usia produktif sehingga sering dianggap penyakit wanita. Faktor keturunan bukan sebagai penyebab langsung penyakit ini. Walau mungkin, dari orang tua diperoleh gen yang abnormal yang berpotensi untuk penyakit ini, tetapi ada faktor lain sehingga penyakit ini dapat terjadi. Dugaan para ahli tentang penyebab penyakit ini adalah karena faktor hormon, tetapi belum diketahui hormon mana penyebabnya.

Pengobatan pada Odapus

Untuk mengobati Odapus atau penderita penyakit Lupus adalah dengan mengurangi keluhan sakit akibat kerusakan organ tubuh. Pengobatan dilakukan dengan upaya khusus agar penyakit ini tidak menyerang organ tubuh lainnya yang dapat menyebabkan keluhan lebih parah akibat komplikasi.
Pengobatan pada penderita penyakit lupus
Perlu diperhatikan juga faktor lingkungan yang dapat memperparah keadaan odapus. Misalnya dengan mengontrol makanan, mencegah agar tidak stress, pemilihan bila harus menggunakan obat-obatan, serta mencegah agar kulit tidak secara langsung terkena sinar matahari yang mengandung UV.

Lupus Eritematosus Sistemik

Lupus eritematosus sistemik
Penyakit autoimun adalah istilah yang digunakan saat sistem imunitas atau kekebalan tubuh seseorang menyerang tubuhnya sendiri. Penyebab kondisi autoimun pada lupus belum diketahui. Sistem kekebalan tubuh penderita lupus akan menyerang sel, jaringan, dan organ yang sehat. Ada juga yang menganggap pemicu dan penyebab munculnya penyakit lupus pada beberapa orang adalah karena pengaruh faktor genetika dan lingkungan.
Lupus eritematosus sistemik
Lupus eritematosus sistemik (systemic lupus erythematosus/SLE)
Jenis lupus inilah yang paling sering dirujuk masyarakat umum sebagai penyakit lupus. SLE dapat menyerang jaringan serta organ tubuh mana saja dengan tingkat gejala yang ringan sampai parah. Gejala SLE juga dapat datang dengan tiba-tiba atau berkembang secara perlahan-lahan dan dapat bertahan lama atau bersifat lebih sementara sebelum akhirnya kambuh lagi.
Banyak yang hanya merasakan beberapa gejala ringan untuk waktu lama atau bahkan tidak sama sekali sebelum tiba-tiba mengalami serangan yang parah. Gejala-gejala ringan SLE, terutama rasa nyeri dan lelah berkepanjangan, dapat menghambat rutinitas kehidupan. Karena itu para penderita SLE bisa merasa tertekan, depresi, dan cemas meski hanya mengalami gejala ringan.
Gejala-gejala ringan SLE
Lupus eritematosus diskoid (discoid lupus erythematosus/DLE)
Jenis lupus yang hanya menyerang kulit disebut lupus eritematosus diskoid (discoid lupus erythematosus/DLE). Meski umumnya berdampak pada kulit saja, jenis lupus ini juga dapat menyerang jaringan serta organ tubuh yang lain.
DLE biasanya dapat dikendalikan dengan menghindari paparan sinar matahari langsung dan obat-obatan. Gejala DLE di antaranya:
  • Rambut rontok.
  • Pitak permanen.
  • Ruam merah dan bulat seperti sisik pada kulit yang terkadang akan menebal dan menjadi bekas luka.
Lupus akibat penggunaan obat-obatan
Lupus akibat penggunaan obat
Efek samping obat pasti berbeda-beda pada tiap orang. Terdapat lebih dari 100 jenis obat yang dapat menyebabkan efek samping yang mirip dengan gejala lupus pada orang-orang tertentu. Gejala lupus akibat obat umumnya akan hilang jika anda berhenti mengonsumsi obat tersebut sehingga anda tidak perlu menjalani pengobatan khusus. Tetapi jangan lupa untuk selalu berkonsultasi kepada dokter sebelum anda memutuskan untuk berhenti mengonsumsi obat dengan resep dokter.

Cara Mengobati Lupus

SLE tidak bisa disembuhkan. Tujuan pengobatannya adalah untuk mengurangi tingkat gejala serta mencegah kerusakan organ pada penderita SLE. Beberapa puluh tahun yang lalu, SLE dipandang sebagai penyakit terminal yang berujung kepada kematian. Ketakutan ini disebabkan oleh banyaknya penderita pada saat itu yang meninggal dunia akibat komplikasi dalam kurun waktu 10 tahun setelah didiagnosis mengidap SLE.
Gejala penyakit lupus
Tetapi kondisi pada zaman sekarang sudah jauh lebih baik. Berkat pengobatan SLE yang terus berkembang, hampir semua penderita SLE saat ini dapat hidup normal atau setidaknya mendekati tahap normal. Bantuan dan dukungan dari keluarga, teman, serta staf medis juga berperan penting dalam membantu para penderita SLE dalam menghadapi penyakit mereka.

Komplikasi Serius pada Penderita Penyakit Lupus

Lupus kerap dijuluki sebagai penyakit seribu wajah karena kelihaiannya dalam meniru gejala penyakit lain. Kesulitan diagnosis biasanya dapat menyebabkan langkah penanganan yang kurang tepat. Sekitar sepertiga penderita SLE memiliki kondisi autoimun lain, misalnya penyakit tiroid dan sindrom Sjogren. Kondisi ini dapat berujung pada munculnya komplikasi, termasuk gangguan pada masa kehamilan.
Komplikasi Serius pada Penderita Penyakit Lupus
Jika tidak segera ditangani, SLE juga dapat mengakibatkan berbagai komplikasi serius termasuk pada penderitanya yang sedang hamil. Selain itu proses pengobatan yang dijalani juga dapat menyebabkan penderita rentan terhadap infeksi serius.

Imunologi

Imunologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang sistem pertahanan tubuh. Kata “imunologi” berasal dari kata immunitas dari bahasa latin yang berarti pengecualian atau pembebasan. Istilah itu awalnya dipakai oleh senator Roma yang mempunyai hak-hak istimewa untuk bebas dari tuntutan hukum pada masa jabatannya. Immunitas (imunitas) selanjutnya dipakai untuk suatu pengertian yang mengarah pada perlindungan dan kekebalan terhadap suatu penyakit, dan lebih spesifik penyakit infeksi. Konsep imunitas yang berarti perlindungan dan kekebalan sesungguhnya telah dikenal oleh manusia sejak jaman dahulu. Pada saat ilmu imunologi belum berkembang, nenek moyang bangsa Cina membuat puder dari serpihan kulit penderita cacar untuk melindungi anak-anak mereka dari penyakit tersebut.
imunologi
Puder tersebut selanjutnya dipaparkan pada anak-anak dengan cara dihirup. Cara yang mereka lakukan berhasil mencegah penularan infeksi cacar dan mereka kebal walaupun hidup pada lingkungan yang menjadi wabah. Saat itu belum ada ilmuwan yang dapat memberikan penjelasan, mengapa anak-anak yang menghirup puder dari serpihan kulit penderita cacar menjadi imun (kebal) terhadap penyakit itu. Imunologi tergolong ilmu yang baru berkembang. Ilmu ini sebenarnya berawal dari penemuan vaksin oleh Edward Jenner pada tahun 1796. World Health Organization (WHO) menyatakan smallpox musnah pada tahun 1979. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Jenner belum bisa menjelaskan perihal smallpox dengan baik.
Edward Jenner adalah ilmuan yang menemukan ilmu vaksin
Ketika Jenner menemukan vaksin untuk smallpox, Jenner sendiri tidak tahu apa penyebab penyakit yang mematikan itu. Baru abad 19 Robert Koch bisa menjelaskan adanya beberapa agen penginfeksi berupa mikroorganisme yang menimbulkan penyakit. Mikroorganisme tersebut meliputi, virus, bakteri, fungi, dan beberapa eukaryotik yang selanjutnya disebut parasit. Organisme parasit sampai saat ini masih menjadi pekerjaan yang sulit bagi para ilmuan. Penyakit malaria yang ditimbulkan oleh plasmodium, kaki gajah oleh Wuchereria bancrofti, masih merambah di belahan bumi ini terutama di daerah tropis.
Virus dari Mikroorganisme
Penemuan oleh Robert Koch dan penemuan besar lain pada abat 19 telah mengilhami penemuan-penemuan vaksin beberapa penyakit. Pada tahun 1880, Lois Pasteur menemukan vaksin kolera yang biasa menyerang ayam. Pada perkembangannya Lois Pasteur berhasil menemukan vaksin rabies. Penemuan-penemuan tersebut di atas mendasari perkembangan ilmu Imunologi yang mendasarkan kekebalan sebagai alat untuk menghindari serangan penyakit. Pada tahun 1890, Emil von Behring dan Shibasaburo Kitasato menemukan bahwa individu yang telah diberi vaksin akan menghasilkan antibodi yang bisa diamati pada serum. Antibodi ini selanjutnya diketahui bersifat sangat spesifik terhadap antigen.
Vaksin akan menghasilkan antibodi
Respon tubuh yang diperantarai oleh antibodi dikenal dengan istilah respon imunitas adaptif, sebab produksi antibodi tersebut melalui suatu proses adaptasi terhadap patogen yang menginfeksi. Respon imunitas adaptif ini memiliki peranan sangat penting bagi pertahanan selanjutnya untuk patogen yang sama. Mekanisme kerja respon imunitas adaptif sangat berbeda dengan yang dilakukan oleh
sel-sel fagosit. Sel fagosit seperti makrofag, neutrofil, dan sel dendritik dapat merespon patogen yang masuk secara langsung tanpa menunggu waktu adaptasi. Di samping tanpa menunggu waktu, sel fagosit melakukan kerjanya tanpa memerlukan spesifikasi antigen.
Sel fagosit-Immunologi
Sifat-sifat imunitas yang bekerja tanpa memerlukan waktu untuk menjadi sel efektor dan tanpa spesifikasi dalam mengenali antigen disebut imunitas innate. Makrofag bisa dikatakan kunci terpenting pada imunitas innate, yaitu pertahanan bawaan yang responnya secara langsung tanpa menunggu waktu. Hal ini sama sekali berbeda dengan mekanisme yang dilakukan oleh antibodi. Antibodi hanya tersintesis jika ada antigen yang sesuai, dan produksinya memerlukan waktu.

Anemia Hemolitik

Anemia Hemolitik Sel darah merah normal yang beredar dalam pembuluh darah kita memiliki usia tertentu, rata-rata 120 hari, kemudian diganti dengan sel-sel darah yang baru yang dihasilkan oleh sum-sum tulang, namun hal yang tidak normal terjadi pada anemia hemolitik yaitu umurnya lebih singkat.
Anemia Hemolitik
Pengertian Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik adalah penyakit anemia yang terjadi ketika sel-sel darah merah mati lebih cepat daripada kecepatan sumsum tulang menghasilkan sel darah merah. Istilah ilmiah untuk penghancuran sel darah merah adalah hemolisis atau hemolitik (yang bersifat hemolisis). Jadi penyakit anemia yang disebabkan oleh umur sel darah merah yang singkat karena pecah sebelum waktunya kita sebut dengan anemia hemolitik.
Ada dua macam:
Anemia Hemolitik Intrinsik. Penghancuran sel darah merah terjadi karena adanya kecacatan pada sel darah merah itu sendiri. Anemia hemolitik intrinsik sering diwariskan, seperti anemia sel sabit dan thalasemia. Kondisi ini menghasilkan sel darah merah yang memiliki umur tidak selama sel darah merah normal.
Anemia Hemolitik Intrinsik
Anemia hemolitik ekstrinsik. Penghancuran sel darah merah di luar masalah pada sel darah merah, artinya terjadi ketika organ limpa menghancurkan sel-sel darah merah yang sehat. Hal ini juga dapat berasal dari penghancuran sel darah merah karena infeksi, tumor, gangguan autoimun, efek samping obat, leukemia, atau limfoma.
Penyebab Anemia Hemolitik Penghancuran sel darah merah dapat disebabkan oleh kelainan darah, racun, atau infeksi. Lebih rinci, berikut berbagai penyebab anemia hemolitik:
  • Hepatitis
  • Epstein-Barr Virus (EBV)
  • Demam tifoid
  • Anemia sel sabit
  • E.coli Streptococcus
  • Leukemia Limfoma
  •  TumorTumor sebabkan Anemia Hemolitik
  •  Obat penisilin
  • Obat antinyeri
  • Penyakit lupus
  • Sindrom Wiscott Aldridge
  • Namun demikian, ada juga yang tidak diketahui dengan pasti apa penyebabnya.
Gejala anemia hemolitik
Gejala Anemia Hemolitik berikut ini adalah gejala anemia hemolitik yang sering terlihat. Namun, setiap individu mungkin mengalami gejala yang berbeda.
  • Kulit pucat atau kurang berwarna.
  • Penyakit kuning, atau menguningnya kulit, mata, dan mulut
  • Urine berwarna gelap
  • Demam
  • Kelemahan
  • PusingGejala anemia hemolitik
  • Kebingungan
  • Intoleransi aktivitas fisik Pembesaran limpa dan hati
  • Peningkatan denyut jantung (takikardia)
  • Jantung murmur
Gejala anemia hemolitik dapat menyerupai masalah pada darah lainnya atau penyakit lain. Oleh karena itu, selalu berkonsultasi dengan dokter untuk diagnosis pasti.
Diagnosis Anemia hemolitik
Diagnosis Anemia hemolitik dapat dicurigai keberadaannya dari anamnesis atau wawancara medis lengkap dan pemeriksaan fisik, seperti keluhan gejala yang telah disebutkan di atas, kulit dan bibir terlihat pucat, atau detak jantung cepat (takikardia). Selain pemeriksaan fisik lengkap, dokter juga biasanya menganjurkan untuk dilakukannya tes diagnostik sebagai berikut:
  • Tes darah. Tes ini mengukur hemoglobin dan hitung retikulosit dan akan menggambarkan berapa banyak sel darah merah baru yang sedang diproduksi. Pada anemia hemolitik retikulosit meningkat.
  • Tes darah tambahan. Tes ini memeriksa fungsi hati serta adanya antibodi tertentu.
  • Tes urine untuk melihat apakah ada hemoglobin dalam urine (hemoglobinuria)
  • Aspirasi dan/atau biopsi sumsum tulang. Pengambilan sejumlah kecil cairan sumsum tulang (aspirasi) dan/atau bagian padat jaringan sumsum tulang (biopsi), biasanya dari tulang pinggul, untuk melihat ukuran, dan kematangan sel-sel darah dan/atau sel-sel abnormal.
    Diagnosis Anemia hemolitik
Pengobatan Anemia Hemolitik
Pilihan pengobatan anemia hemolitik akan bervariasi tergantung pada keparahan kondisi, usia, kesehatan, dan toleransi seseorang terhadap obat tertentu. Pilihan pengobatan untuk anemia hemolitik termasuk:
  • Transfusi darah. Dengan cepat mengganti sel darah merah yang hilang karena rusak dengan darah baru yang berasal dari donor.
  • Immune globulin intravenous. Bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh pasien.
  • Obat kortikosteroid. Pada anemia hemolitik estrinsik, salah satu penyebabnya adalah penyakit autoimun, steroid akan menghambat respn imun dalam penghancuran sel darah merah.
  • Operasi. Pada kasus yang parah, terkadang diperlukan pengangkatan limpa.

Penyakit Scleroderma

Scleroderma adalah penyakit yang langka menyerang pertahanan tubuh. Terbagi dua jenis Scleroderma yaitu Scleroderma systemic yang dapat mempengaruhi seluruh bagian tubuh seperti kulit,pembuluh darah dan organ bagian dalam lainnya yang sering disebut systemic sclerosis. Yang kedua Jenis localized hanya mempengaruhi kulit tetapi tidak mempengaruhi harapan hidup seseorang. Scleroderma systemic menyebabkan fibrosis yaitu perusakan jaringan,terbentuk dikulit maupun organ-organ bagian dalam lainnya. Fibrosis akan mengubah kulit atau organ lainnya mengeras. Sampai saat ini belum ada obat maupun perawatan yang telah terbukti menyembuhkan Scleroderma.
Penyakit Scleroderma
Penyebab Scleroderma
Sampai saat ini, penyebab scleroderma belum bisa dipastikan. Kondisi ini lebih umum terjadi pada wanita daripada pria. Faktor genetik diduga turut berpengaruh terhadap perkembangan scleroderma. Selain gen, faktor lingkungan juga dianggap turut berkontribusi. Kombinasi faktor genetik dan lingkungan diduga membuat sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan ikat dan menyebabkan luka yang berakhir menjadi parut.
Gejala Klinis
Gejala klinis penyakit ini bervariasi dari satu penderita ke penderita lainnya, mulai dari penebalan kulit seluruh tubuh hingga yang menyerang saluran cerna, yang biasanya berakibat fatal.
Gejala klinis pada kulit penderita Scleroderma
Pada kulit:
  • Pada satu penderita hanya penebalan kulit di jari dan wajah. Kelainan kulit biasanya simetris dan bila menyerang kulit jari disebut sclerodactily, yang mungkin mengenai kulit bagian ujung lengan.
  • Mengenai kulit seluruh badan, kulit menjadi kencang dan tampak lebih gelap (hiperpigmentasi).
  • Kulit wajah seperti berbentuk topeng.
  • Timbul teleangictasi pada jari-jari, kulit dada, bibir, dan lidah.
  • Juga timbul penumpukan kalsium di bawah kulit (calcinosis circumscripta).

Pada saluran cerna:
Terjadi gangguan oesopagus dimana gerakan otot lambat hingga timbul gangguan penyerapan dan mungkin terjadi gerakan arus balik (reflux):
Timbul gangguan dalam menelan makanan pada penderita Scleroderma
  • Timbul gangguan dalam menelan makanan.
  • Terjadi arus balik asam lambung sampai mungkin terjadi borok lambung dan usus halus.
  • Timbul kantong-kantong besar halus karena terjadi penciutan otot dinding usus setempat.
  • Cirhosis hati yang berasal dari gangguan cairan empedu (biliary chirhosis).
Pada sistem jantung dan pernapasan:
  • Terjadi fibrosis jaringan paru yang terlihat pada latihan fisik. Penderita mengalami susah bernafas.
  • Tekanan pulmonal meningkat karena fibrosis saluran paru dan pembuluh darah paru.
  • Timbul sindrom CREST (gangguan irama jantung, kelainan gambaran EKG) hingga bisa meninggal mendadak.
Sindrom CREST pada penderita Scleroderma
Pada sistem ginjal:
Terjadi hiperplasia lapisan intima tubulus dan rongga antara lobus ginjal, hingga terjadi hipertensi maligna. Bila tidak diatasi, keadaan makin buruk sampai fatal dalam beberapa bulan.
Pengobatan Scleroderma
Belum ditemukan obat untuk penyakit ini. Jenis pengobatan pada dasarnya tergantung pada individu dan bertujuan untuk mengurangi gejala dan komplikasi yang terkait dengan kondisi ini. Seperti misalnya, saat muncul sindrom Raynaud berarti penderita harus menghindari dingin dan menjaga tubuh, tangan, dan kaki tetap hangat.
Pengobatan Scleroderma
Karena pada dasarnya merupakan kondisi autoimun, imunosupresan sering digunakan untuk mengobati kondisi ini. Kortikosteroid dan non-steroid anti-inflamasi juga umum digunakan untuk mengatasi komplikasi yang terkait dengan scleroderma. Tekanan darah tinggi merupakan salah satu komplikasi utama scleroderma yang dapat diobati dengan obat hipertensi seperti inhibitor ACE dan obat anti-koagulan.

Pengertian Sistem Imun

PENGERTIAN
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
Sistem imun
Apakah yang dimaksudkan dengan sistem imun? Kata imun berasal dari bahasa Latin ‘immunitas’ yang berarti pembebasan (kekebalan) yang diberikan kepada para senator Romawi selama masa jabatan mereka terhadap kewajiban sebagai warganegara biasa dan terhadap dakwaan. Dalam sejarah, istilah ini kemudian berkembang sehingga pengertiannya berubah menjadi perlindungan terhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi, terhadap penyakit menular. Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau racunnya, yang masuk ke dalam tubuh.
Fungsi Sistem Imun
Kuman disebut antigen. Pada saat pertama kali antigen masuk ke dalam tubuh, maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan antibodi. Pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak terlalu kuat, karena tubuh belum mempunyai "pengalaman". Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak. Itulah sebabnya, pada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya, dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinasi. Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit tersebut, atau seandainya terkena pun, tidak akan menimbulkan akibat yang fatal.
Jenis Imunisasi
Jenis Imunisasi
Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya adalah imunisasi polio atau campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah placenta selama masa kandungan, misalnya antibodi terhadap campak.
Pemberian imunisasi pada anak bayi
Kita cenderung menganggap kalau pikiran dan tubuh sebagai sesuatu yang terpisah, padahal mereka merupakan satu kesatuan: psikoneiroimunologis. Sistem imun merupakan pelindung kesehatan tubuh kita. Sedikit saja gangguan timbul, baik serangan penyakit dari luar (bakteri maupun virus), atau gangguan dari dalam tubuh kita seperti stress dan depresi akan dapat menimbulkan penyakit. Hampir semua jenis penyakit dari reaksi alergi hingga penyakit degeneratif, dan dari penyakit infeksi hingga kanker.
Dengan memahami seluk beluk sistem daya pertahanan tubuh yang terdiri atas berbagai aspek biokimiawi dan berbagai macam sel darah putih, serta hubungan antara otak, daya pikir, perasaan dan sistem imun maka kita tidak hanya bertindak saat penyakit telah timbul, tetapi jauh sebelum itu. Sebagai petugas kesehatan.
Sistem kekebalan tubuh

Lupus Eritematosus Sistemik

Lupus eritematosus sistemik
Penyakit autoimun adalah istilah yang digunakan saat sistem imunitas atau kekebalan tubuh seseorang menyerang tubuhnya sendiri. Penyebab kondisi autoimun pada lupus belum diketahui. Sistem kekebalan tubuh penderita lupus akan menyerang sel, jaringan, dan organ yang sehat. Ada juga yang menganggap pemicu dan penyebab munculnya penyakit lupus pada beberapa orang adalah karena pengaruh faktor genetika dan lingkungan.
Lupus eritematosus sistemik
Lupus eritematosus sistemik (systemic lupus erythematosus/SLE)
Jenis lupus inilah yang paling sering dirujuk masyarakat umum sebagai penyakit lupus. SLE dapat menyerang jaringan serta organ tubuh mana saja dengan tingkat gejala yang ringan sampai parah. Gejala SLE juga dapat datang dengan tiba-tiba atau berkembang secara perlahan-lahan dan dapat bertahan lama atau bersifat lebih sementara sebelum akhirnya kambuh lagi.
Banyak yang hanya merasakan beberapa gejala ringan untuk waktu lama atau bahkan tidak sama sekali sebelum tiba-tiba mengalami serangan yang parah. Gejala-gejala ringan SLE, terutama rasa nyeri dan lelah berkepanjangan, dapat menghambat rutinitas kehidupan. Karena itu para penderita SLE bisa merasa tertekan, depresi, dan cemas meski hanya mengalami gejala ringan.
Gejala-gejala ringan SLE
Lupus eritematosus diskoid (discoid lupus erythematosus/DLE)
Jenis lupus yang hanya menyerang kulit disebut lupus eritematosus diskoid (discoid lupus erythematosus/DLE). Meski umumnya berdampak pada kulit saja, jenis lupus ini juga dapat menyerang jaringan serta organ tubuh yang lain.
DLE biasanya dapat dikendalikan dengan menghindari paparan sinar matahari langsung dan obat-obatan. Gejala DLE di antaranya:
  • Rambut rontok.
  • Pitak permanen.
  • Ruam merah dan bulat seperti sisik pada kulit yang terkadang akan menebal dan menjadi bekas luka.
Lupus akibat penggunaan obat-obatan
Lupus akibat penggunaan obat
Efek samping obat pasti berbeda-beda pada tiap orang. Terdapat lebih dari 100 jenis obat yang dapat menyebabkan efek samping yang mirip dengan gejala lupus pada orang-orang tertentu. Gejala lupus akibat obat umumnya akan hilang jika anda berhenti mengonsumsi obat tersebut sehingga anda tidak perlu menjalani pengobatan khusus. Tetapi jangan lupa untuk selalu berkonsultasi kepada dokter sebelum anda memutuskan untuk berhenti mengonsumsi obat dengan resep dokter.

Cara Mengobati Lupus

SLE tidak bisa disembuhkan. Tujuan pengobatannya adalah untuk mengurangi tingkat gejala serta mencegah kerusakan organ pada penderita SLE. Beberapa puluh tahun yang lalu, SLE dipandang sebagai penyakit terminal yang berujung kepada kematian. Ketakutan ini disebabkan oleh banyaknya penderita pada saat itu yang meninggal dunia akibat komplikasi dalam kurun waktu 10 tahun setelah didiagnosis mengidap SLE.
Gejala penyakit lupus
Tetapi kondisi pada zaman sekarang sudah jauh lebih baik. Berkat pengobatan SLE yang terus berkembang, hampir semua penderita SLE saat ini dapat hidup normal atau setidaknya mendekati tahap normal. Bantuan dan dukungan dari keluarga, teman, serta staf medis juga berperan penting dalam membantu para penderita SLE dalam menghadapi penyakit mereka.

Komplikasi Serius pada Penderita Penyakit Lupus

Lupus kerap dijuluki sebagai penyakit seribu wajah karena kelihaiannya dalam meniru gejala penyakit lain. Kesulitan diagnosis biasanya dapat menyebabkan langkah penanganan yang kurang tepat. Sekitar sepertiga penderita SLE memiliki kondisi autoimun lain, misalnya penyakit tiroid dan sindrom Sjogren. Kondisi ini dapat berujung pada munculnya komplikasi, termasuk gangguan pada masa kehamilan.
Komplikasi Serius pada Penderita Penyakit Lupus
Jika tidak segera ditangani, SLE juga dapat mengakibatkan berbagai komplikasi serius termasuk pada penderitanya yang sedang hamil. Selain itu proses pengobatan yang dijalani juga dapat menyebabkan penderita rentan terhadap infeksi serius.

Selasa, 19 April 2016

Hepatitis autoimun

Hepatitis autoimun adalah peradangan di hati/liver yang terjadi saat system imun anda menyerang hati anda. Walaupun penyebab hepatitis autoimun belum sepenuhnya dimengerti, beberapa penyakit, toksin/racun, dan obat-obatan dapat mencetuskan munculnya hepatitis autoimun di orang yang rentan, terutama wanita. Hepatitis autoimun yang tidak diobati dapat menyebabkan jaringan parut di hati (cirrhosis) dan pada akhirnya akan menjadi gagal hati. Apabila didiagnosa dan diobati saat awal permulaan, hepatitis autoimun dapat dikendalikan dengan obat yang menekan sistem imun. Transplantasi hati dapat menjadi pilihan pada hepatitis autoimun yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan atau apabila penyakit hati sudah dalam tahap lanjut.



Gejala Hepatitis autoimun
Tanda dan gejala hepatitis autoimun dapat bervariasi dari ringan sampai berat dan dapat muncul secara mendadak atau  muncul perlahan seiring dengan perjalanan penyakit. Beberapa orang memiliki masalah yang disadari di stadium awal penyakit, di mana yang lain dapat mengalami tanda dan gejala sebagai berikut:
  • Kelelahan
  • Ketidaknyamanan di daerah perut
  • Nyeri sendi Gatal (pruritus)
  • Kulit dan bagian putih mata yang menguning (jaundice)
  • Hati yang membesar
  • Pembuluh darah abnodmal di kulit (spider angioma/spider nevi)
  • Mual dan muntah
  • Kehilangan nafsu makan
  • Ruam kulit Urin berwarna gelap
  • Pada wanita, berhenti menstruasi



Penyebab & Faktor Risiko

Hepatitis autoimun disebabkan saat system imun tubuh, yang seharusnya menyerang pathogen seperti virus atau bakteri, menyerang liver. Serangan ini dapat menyebabkan peradangan kronik dan kerusakan yang serius pada sel hati. Mengapa tubuh menyerang hati ini masih belum jelas, tetapi peneliti menduga bahwa hepatitis autoimun dapat disebabkan oleh interaksi antara beberapa faktor risiko, seperti infeksi, medikasi, dan predisposisi genetic.

Tipe dari hepatitis autoimun
  • Hepatitis autoimun tipe 1 (klasik). Tipe 1 adalah yang paling sering terjadi. Tipe 1 dapat terjadi pada usia berapapun. Sekitar setengah dari penderita hepatitis autoimun tipe 1 memiliki gangguan autoimun lainnya, seperti tiroiditis, rheumatoid arthritis atau colitis ulseratif.
  • Hepatitis autoimun tipe 2. Walaupun orang dewasa dapat mengalami hepatitis autoimun tipe 2, kasus ini lebih sering ditemukan di remaja wanita muda dan biasanya terjadi bersama gangguan autoimun lainnya.


Faktor risiko

Faktor yang dapat meningkatkan risiko hepatitis autoimun adalah:
  • Jenis kelamin wanita. Walaupun kedua wanita dan pria dapat mengalami hepatitis autoimun, penyakit ini jauh lebih sering terjadi pada wanita.
  • Usia. Hepatitis autoimun tipe 1 dapat terjadi di usia berapapun. Tipe 2 lebih sering terjadi pada wanita yang masih muda.
  • Riwayat infeksi tertentu. Hepatitis autoimun dapat terjadi setelah infeksi bakteri atau virus tertentu.
  • Penggunaan obat tertentu. Obat-obatan tertentu, seperti antibiotik minosiklin (dynacin, minocin, dan lain-lain) dan obat penurun kadar kolestrol atorvastatin, telah dihubungkan dengan hepatitis autoimun.
  • Faktor keturunan. Penelitian membuktikan bahwa salah satu faktor predisposisi dari hepatitis autoimun adalah keturunan.
  • Memiliki penyakit autoimun. Orang yang telah memiliki penyakit autoimun lebih mungkin menderita hepatitis autoimun.



Komplikasi Hepatitis autoimun

Hepatitis autoimun dapat dihubungkan dengan beberapa penyakit autoimun lainnya, seperti:
  • Anemia pernisiosa. Anemia pernisiosa, sering dihubungkan dengan beberapa penyakit autoimun lainnya, terjadi apabila terjadi kekurangan vitamin B12 sehingga terjadi gangguan pembentukan sel darah merah oleh tubuh.
  • Anemia hemolitik. Pada anemia tipe ini, sistem imun menyerang dan menghancurkan sel darah merah dibanding kecepatan yang produksi sel darah merah oleh sumsum tulang.
  • Kolitis ulseratif. Penyakit peradangan usus besar ini dapat menyebabkan diare berair atau berdarah yang parah dan nyeri di daerah perut.
  • Tiroiditis autoimun (tiroiditis Hashimoto). Pada kondisi ini, system imun menyerang kelenjar tiroid.