Selasa, 19 April 2016

Hepatitis autoimun

Hepatitis autoimun adalah peradangan di hati/liver yang terjadi saat system imun anda menyerang hati anda. Walaupun penyebab hepatitis autoimun belum sepenuhnya dimengerti, beberapa penyakit, toksin/racun, dan obat-obatan dapat mencetuskan munculnya hepatitis autoimun di orang yang rentan, terutama wanita. Hepatitis autoimun yang tidak diobati dapat menyebabkan jaringan parut di hati (cirrhosis) dan pada akhirnya akan menjadi gagal hati. Apabila didiagnosa dan diobati saat awal permulaan, hepatitis autoimun dapat dikendalikan dengan obat yang menekan sistem imun. Transplantasi hati dapat menjadi pilihan pada hepatitis autoimun yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan atau apabila penyakit hati sudah dalam tahap lanjut.



Gejala Hepatitis autoimun
Tanda dan gejala hepatitis autoimun dapat bervariasi dari ringan sampai berat dan dapat muncul secara mendadak atau  muncul perlahan seiring dengan perjalanan penyakit. Beberapa orang memiliki masalah yang disadari di stadium awal penyakit, di mana yang lain dapat mengalami tanda dan gejala sebagai berikut:
  • Kelelahan
  • Ketidaknyamanan di daerah perut
  • Nyeri sendi Gatal (pruritus)
  • Kulit dan bagian putih mata yang menguning (jaundice)
  • Hati yang membesar
  • Pembuluh darah abnodmal di kulit (spider angioma/spider nevi)
  • Mual dan muntah
  • Kehilangan nafsu makan
  • Ruam kulit Urin berwarna gelap
  • Pada wanita, berhenti menstruasi



Penyebab & Faktor Risiko

Hepatitis autoimun disebabkan saat system imun tubuh, yang seharusnya menyerang pathogen seperti virus atau bakteri, menyerang liver. Serangan ini dapat menyebabkan peradangan kronik dan kerusakan yang serius pada sel hati. Mengapa tubuh menyerang hati ini masih belum jelas, tetapi peneliti menduga bahwa hepatitis autoimun dapat disebabkan oleh interaksi antara beberapa faktor risiko, seperti infeksi, medikasi, dan predisposisi genetic.

Tipe dari hepatitis autoimun
  • Hepatitis autoimun tipe 1 (klasik). Tipe 1 adalah yang paling sering terjadi. Tipe 1 dapat terjadi pada usia berapapun. Sekitar setengah dari penderita hepatitis autoimun tipe 1 memiliki gangguan autoimun lainnya, seperti tiroiditis, rheumatoid arthritis atau colitis ulseratif.
  • Hepatitis autoimun tipe 2. Walaupun orang dewasa dapat mengalami hepatitis autoimun tipe 2, kasus ini lebih sering ditemukan di remaja wanita muda dan biasanya terjadi bersama gangguan autoimun lainnya.


Faktor risiko

Faktor yang dapat meningkatkan risiko hepatitis autoimun adalah:
  • Jenis kelamin wanita. Walaupun kedua wanita dan pria dapat mengalami hepatitis autoimun, penyakit ini jauh lebih sering terjadi pada wanita.
  • Usia. Hepatitis autoimun tipe 1 dapat terjadi di usia berapapun. Tipe 2 lebih sering terjadi pada wanita yang masih muda.
  • Riwayat infeksi tertentu. Hepatitis autoimun dapat terjadi setelah infeksi bakteri atau virus tertentu.
  • Penggunaan obat tertentu. Obat-obatan tertentu, seperti antibiotik minosiklin (dynacin, minocin, dan lain-lain) dan obat penurun kadar kolestrol atorvastatin, telah dihubungkan dengan hepatitis autoimun.
  • Faktor keturunan. Penelitian membuktikan bahwa salah satu faktor predisposisi dari hepatitis autoimun adalah keturunan.
  • Memiliki penyakit autoimun. Orang yang telah memiliki penyakit autoimun lebih mungkin menderita hepatitis autoimun.



Komplikasi Hepatitis autoimun

Hepatitis autoimun dapat dihubungkan dengan beberapa penyakit autoimun lainnya, seperti:
  • Anemia pernisiosa. Anemia pernisiosa, sering dihubungkan dengan beberapa penyakit autoimun lainnya, terjadi apabila terjadi kekurangan vitamin B12 sehingga terjadi gangguan pembentukan sel darah merah oleh tubuh.
  • Anemia hemolitik. Pada anemia tipe ini, sistem imun menyerang dan menghancurkan sel darah merah dibanding kecepatan yang produksi sel darah merah oleh sumsum tulang.
  • Kolitis ulseratif. Penyakit peradangan usus besar ini dapat menyebabkan diare berair atau berdarah yang parah dan nyeri di daerah perut.
  • Tiroiditis autoimun (tiroiditis Hashimoto). Pada kondisi ini, system imun menyerang kelenjar tiroid.


Pengertian Imunologi


Pengertian Imunologi 

Imunologi berasal dari kata imunitas yang berarti kekebalan tubuh. Pengertian Imunologi yaitu cabang ilmu yang mempelajari tentang imunitas atau kekebalan tubuh dan reaksi alergi atau sensitivitas terhadap sesuatu. Imunologi juga berarti ilmu yang mempelajari kemampuan tubuh untuk melawan atau mempertahankan diri dari serangan patogen atau organisme yang menyebabkan penyakit.
Tubuh memerlukan imunitas atau kekebalan agar tidak mudah terhindar dari serangan penyakit yang dapat menghambat fungsi organ tubuh. Salah satu bentuk dari imunitas yaitu adanya antibodi yang di hasilkan oleh sel sel leukosit atau sel darah putih. Sel darah putih bekerja dengan cara mengikat dan kemudian menghancurkan sel-sel patogen atau penyebab penyakit. Untuk lebih memahami pengertian imunologi maka sebaiknya kita mengetahui sistem imun yang ada pada tubuh. Beberapa jenis sistem imun yang ada dalam tubuh yaitu:

  1. Sistem imun alamiah / non spesifik
Sistem imun ini merupakan sistem imun yang memang sudah ada dalam tubuh. sistem imun ini mendeteksi semua mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh, oleh karena itu dinamakan non spesifik. Sistem imun alamiah terdiri dari pertahanan  fisik yang ada pada kulit dan selaput lendir. Salah satu contohnya yaitu reaksi bersin ketika terdapat sesuatu yang di anggap berbahaya oleh tubuh. Selanjutnya adalah pertahanan biokimia, pertahanan ini melibatkan zat zat kimia seperti cairan asam lambung yang dapat menghancurkan kuman dalam lambung dengan tingkat keasamannya. Yang terakhir adalah pertahanan humoral, reaksi pertahanan ini adalah dengan secara langsung menghancurkan sel – sel yang penyebab penyakit dengan menggunakan fagosit dan atau natural killer.

  1. Sistem imun spesifik
Disebut sistem imun spesifik karena sistem imun ini memiliki mekanisme kerja yaitu mengenali benda asing yang masuk, kemudian jika sel imun bertemu lagi dengan benda asing tersebut, maka sel imun akan dengan cepat mengenalinya dan akan langsung menghancurkan benda asing tersebut. Sistem imun spesifik terdiri dari sistem imun humoral yang melibatkan sel limfosit B yang akan berkembang menjadi antibodi ketika bertemu dengan benda asing. Sel limfosit atau sel B ini menghasilkan antibodi yang berfungsi untuk melawan virus dan bakteri. Kemudian ada juga sistem imun spesifik seluler yang melibatkan sel limfosit T. Sel Limfosit T berasal dari sel yang sama dengan sel limfosit B. Namun keduanya memiliki fungsi yang berlainan. Fungsi sel limfosit T adalah untuk pertahanan terhadap bakteri yang hidup pada intraseluler, jamur, virus dan keganasan.

Mendalami Pengertian Imunologi, ada baiknya anda juga mempelajari mengenai jenis patogen atau sel penyebab penyakit yang dapat merusak pertahanan tubuh. setelah anda mengetahui jenis sel penyebab penyakit tersebut, maka anda akan mengetahui tentang mekanisme penyerangan patogen dan mekanisme pertahanan tubuh secara lebih detail.

Bagian-bagian dari Sistem Imun
  1. Spesifik antigen (mengenal dan melawan antigen khusus),
  2. sistemik (tidak terbatas pada lokasi infeksi awal, tetapi di seluruh tubuh)
  3. memiliki memori (mengenal dan meningkatkan serangan terhadap antigen yang sama pada waktu yang akan datang.
Pengenalan self dan non self dicapai dengan setiap sel menunjukkan suatu penanda berdasarkan pada major histocompatibility complex (MHC). Beberapa sel yang tidak menunjukkan penanda ini diperlakukan sebagai non self dan diserang. Kadang-kadang sistem imun menyerang sel-selnya sendiri (penyakit autoimun) misalnya multiple sclerosis, systemic lupus erythematosus, rheumatoid arthritis, diabetes serta myasthenia gravis.

Autoimunitas

Autoimunitas

Autoimunitas adalah respon imun terhadap antigen tubuh sendiri yang disebabkan oleh menkanisme normal yang gagal berperan untuk mempertahankan self-tolerance sel B, sel T atau keduanya. Respon imun terlalu aktif menyebabkan disfungsi imun, menyerang bagian dari tubuh tersebut.

Setiap penyakit yang dihasilkan dari seperti respon imun yang menyimpang, kerusakan jaringan atau gangguan fungsi fisiologis yang ditimbulkan oleh respon autoimun disebut penyakit autoimun. Contoh penyakit autoimun meliputi penyakit seliaka, diabetes mellitus tipe 1 (IDDM), lupus eritematosus sistemik (SLE), sindrom Sjögren, Churg-Strauss Syndrome, tiroiditis Hashimoto, penyakit Graves, purpura idiopatik thrombocytopenic, dan rheumatoid arthritis (RA).


Hal-hal yang berkaitan dengan autoimunitas antara lain:

1. Autoimunitas terjadi secara spontan

2. Autoimunitas disebabkan oleh beberapa faktor interaksi seperti:
  1. Imunologis
  2. Genetik; beberapa penyakit yang berhubungan dengan HLA
  3. Infeksi; contoh infeksi yang berhubungan dengan autoimun: EBV, streptococcus, malaria.
  4. Anatomic sequestration yaitu antigen yang tidak terpajan oleh sistem imun karena letak anatominya (misalkan letak anatominya tersembunyi). Protein akan keluar ketika sel rusak. Protein ini disebut protein fisik contoh penyakit yang disebabkan oleh anatomic seguetration yaitu uveitis (radang saluran lapisan berpigmen pada mata) pasca trauma dan orchitis (radang testis) pasca vasectomi.
  5. Obat-obatan; Contoh: trombositopenia dan anemia. Beberapa obat (prokainamid, hidralazin) menginduksi gejala seperti LES (lupus erythematosus systemic).
  6. Racun


3. Autoimun bisa tejadi secara sistemik (semua organ, semua jaringan akan terlibat). Pada keadaan lain, autoimun juga bisa menyerang organ tertentu seperti pankreas, paru-paru, ginjal dan organ yang lain.
Contoh Beberapa Penyakit Yang Umum Terjadi Di Masyarakat
1. Autoimun yang menyerang organ spesifik/tertentu
  • Diabetes mellitus tipe 1 terjadi pada organ Pankreas
  • Goodpasture’s syndorome terjadi pada organ paru-paru atau ginjal
  • Multiple sclerosis terjadi pada jaringan saraf
  • Graves’ Disease terjadi pada kelenjar tiroidea. Autoantibodi mengakibatkan diblokirnya reseptor TSH sehingga mengakibatkan jumlah TSH berlebih. Efeknya yaitu terjadi hipertiroidisme.
  • Myasthenia Gravis terjadi pada autoantibodi yang memblokir reseptor asetilkolin sehingga saraf/neurotransmiter tidak dapat memberi perintah kepada otot lalu otot tidak dapat bekerja dan sebagai efeknya yaitu kelemahan otot dan otot akan mengecil.


2. Autoimun yang menyerang secara sistemik seperti Rheumatoid Arthritis, LES.
  • Pada Thrombocytopenic Purpura, autoantibodi mengakibatkan diblokirnya antibodi paltelet sehingga terjadi memar dan pendarahan.
  • Pada Neonatal Lupus Rash and/or Congenital Heart Block, autoantibodi mengakibatkan diblokirnya antibodi Ro danantibodi La sehingga ruam fotosensitif dan/atau bradikardi.
  • Pada Pemphigus Vulgaris, autoantibodi mengakibatkan dblokirnya desmglein 3 sehingga terjadilah ruam blister (gelembung kecil dikulit yang berisi serum).



Kriteria Penyakit Autoimun

Kriteria untuk menegakkan diagnosis penyakit autoimmun adalah sebagai berikut:
• Penyakit timbul akibat adanya respons autoimun
• Ditemukan autoantibody
• Penyakit dapat ditimbulkan oleh bahan yang diduga merupakan antigen

• Penyakit dapat dipindahkan dari satu binatang ke binatang yang lain melalui serum atau limfosit yang hidup

Fungsi Sistem Imun

Fungsi Sistem Imun (Kekebalan Tubuh)

Sistem kekebalan tubuh terdiri dari sejumlah sel, jaringan dan organ yang bekerja sama untuk menyerang mikroorganisme penyebab penyakit dan melindungi tubuh manusia.
Pertahanan tubuh terhadap berbagai mikroorganisme penyebab gangguan dan penyakit disebut sebagai sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh menyerang organisme penyebab penyakit melalui serangkaian proses yang disebut sebagai respon imun. Sel-sel dari sistem kekebalan tubuh adalah leukosit atau sel darah putih. Leukosit terdiri dari dua jenis utama yang bekerja dalam kombinasi dan menghancurkan organisme serta zat-zat yang menyerang tubuh. 


Leukosit diproduksi dan disimpan di beberapa organ tubuh seperti limpa, sumsum tulang dan kelenjar timus. Oleh karena itu, organ-organ ini disebut sebagai organ limfoid. Gumpalan jaringan limfoid juga hadir di seluruh tubuh dalam bentuk kelenjar getah bening yang berisi leukosit. Sirkulasi leukosit dalam tubuh terjadi antara kelenjar getah bening dan berbagai organ melalui pembuluh darah dan pembuluh limfatik. Oleh karena itu, fungsi sistem kekebalan tubuh terjadi secara terkoordinasi, dengan demikian, tubuh memonitoring terhadap penyakit yang disebabkan oleh kuman dan mikroorganisme. Leukosit dibagi menjadi dua jenis utama yaitu: fagosit dan limfosit.
Fagosit adalah sel-sel yang memakan atau menelan mikroorganisme penyerang. Ada beberapa jenis fagosit, yang paling umum adalah neutrofil yang melawan bakteri. 


Dalam kasus infeksi bakteri, dokter akan melakukan tes darah untuk memeriksa peningkatan jumlah neutrofil yang dipicu oleh infeksi. Fagosit lainnya bekerja dengan cara mereka sendiri dan menghancurkan penjajah tertentu.
Limfosit adalah sel-sel yang membantu tubuh untuk mengingat organisme dan kemudian mengenali dan menghancurkan mereka ketika mereka menyerang tubuh lagi. Limfosit terdiri dari dua jenis: limfosit B dan limfosit T. Limfosit yang diproduksi di sumsum tulang dan mereka baik tetap ada dan matang untuk membentuk limfosit B atau pindah ke kelenjar thymus dan matang untuk membentuk limfosit T. Kedua sel memiliki fungsi yang berbeda; Sel B mencari target dan mengirim pertahanan untuk mengunci mereka keluar, sedangkan sel T menghancurkan target yang diidentifikasi oleh sel B.

Bagaimana Sistem Kekebalan Tubuh Bekerja?

Fungsi Sistem Imun

Ketika partikel asing atau antigen menyerang tubuh, berbagai jenis sel sistem kekebalan tubuh bekerja dalam kombinasi untuk mengenali dan menghancurkan mereka. Limfosit B dipicu untuk proses memproduksi antibodi, yang merupakan protein khusus yang memblokir antigen spesifik.



Setelah antibodi diproduksi, mereka tetap dalam tubuh dan jika antigen yang sama menyerang tubuh lagi, mereka sudah siap untuk memblokir antigen. Oleh karena itu, jika seseorang mendapat penyakit tertentu, orang itu tidak akan sakit dengan penyakit yang sama. Ini adalah prinsip yang digunakan dibalik imunisasi yang dilakukan untuk mencegah penyakit. Setelah antigen terkunci oleh antibodi, sel T datang untuk menghancurkan antigen yang ditandai oleh antibodi tertentu. Oleh karena itu sel T, kadang-kadang disebut sebagai sel pembunuh.




Antibodi juga dapat membantu dalam menetralisir racun yang disekresikan oleh mikroorganisme. Mereka juga membantu dalam mengaktifkan kelompok protein khusus yang disebut sebagai pelengkap yang membantu menghancurkan virus, bakteri dan sel yang terinfeksi lainnya. Tubuh demikian dilindungi terhadap penyakit oleh sel-sel khusus dari sistem kekebalan tubuh dan perlindungan ini disebut sebagai imunitas.


Senin, 18 April 2016

Gejala Penyakit Autoimun

Gejala Penyakit Autoimun

Gejala-gejala yang menunjukkan perkembangan penyakit autoimun, cenderung mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Gejala-gejala yang tepat bahwa seorang individu yang terkena akan menunjukkan, tergantung pada jaringan atau organ yang dipengaruhi oleh penyakit autoimun. Menjadi sejajar dari gejala umum membantu dalam memulai pengobatan dini, ergo, mengurangi risiko komplikasi. Namun, benar juga bahwa, banyak dari penyakit seperti menunjukkan gejala yang mirip. Dan ini adalah alasan mengapa, diagnosis tidak datang dengan mudah. Tanda-tanda umum dan gejala yang melayani indikator perkembangan suatu kondisi medis autoimun dalam tubuh adalah sebagai berikut:
  • Rambut rapuh
  • matanya yang menonjol
  • ruam kupu-kupu
  • sembelit
  • masalah koordinasi
  • Deformasi sendi
  • depresi
  • Periode menstruasi Terganggu
  • rambut kering
  • kelelahan
  • Masalah tiroid seperti hipertiroidisme dan hipotiroidisme
  • peningkatan iritabilitas
  • Kehilangan nafsu makan
  • lupus
  • sklerosis multipel
  • nyeri otot
  • Mati rasa dan kesemutan di kaki
  • kegemukan
  • kelumpuhan
  • keringat
  • Rheumatoid arthritis (RA)
  • kulit kasar
  • Sensitivitas terhadap suhu tinggi
  • Sensitivitas terhadap suhu rendah
  • gemetaran
  • ruam kulit
  • gangguan tidur
  • Pembengkakan sendi
  • getaran
  • kelemahan
  • penurunan berat badan


Ini harus diketahui bahwa penyakit autoimun yang berbeda dapat menimbulkan gejala yang berbeda. Dan yang umum telah dikutip dalam daftar di atas.

Daftar Penyakit autoimun

Seperti yang saya katakan, setiap bagian dari tubuh mungkin akan terpengaruh oleh penyakit autoimun. Yang umum meliputi jaringan sistem pencernaan, darah dan jaringan pembuluh darah, mata, jantung, sendi, ginjal, paru-paru, otot, kelenjar, dan sistem saraf. Sehingga mengambil semua ini diperhitungkan, tabel di bawah daftar ke beberapa gangguan autoimun yang umum atau penyakit tubuh.
Penyakit autoimun sistem pencernaan
hepatitis autoimun
Penyakit Crohn
Sirosis bilier Primer
Penyakit Celiac
Kolitis ulseratif

Penyakit autoimun pada Jaringan pembulu darah
Poliartentis nodosa
Anemia pernisiosa
Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
Granulomatosis Wegener
Anemia hemolitik autoimun

Penyakit autoimun pada mata
Sindrom Sjogren
Diabetes Tipe 1 (diabetes Juvenile)
Uveitis (Peradangan pada uvea mata)

Penyakit autoimun pada jantung
miokarditis
skleroderma
Systemic Lupus Erythematosus

Penyakit autoimun pada sendi
Demam rematik
Systemic Lupus Erythematosus
Artritis Reumatoid
spondilitis ankilosa

Penyakit autoimun pada sistem ginjal
Diabetes Tipe 1
Systemic Lupus Erythematosus
glomerulonefritis


Penyakit autoimun pada paru-paru
Scleroderma
Systemic Lupus Erythematosus
rheumatoid Arthritis
Dermatomyositisa

Penyakit autoimun pada otot
polymyositis
miastenia Gravis

Penyakit autoimun pada kelenjar
Graves ‘Penyakit
Tiroiditis (Peradangan dari kelenjar tiroid)
Diabetes Tipe 1

Penyakit autoimun pada sistem saraf
multiple Sklerosis
Systemic Lupus Erythematosus
Sindrom Guillain-Barré

Setelah selesai dengan jenis penyakit autoimun dan gejala mereka, saya ingin memberitahu anda mengenai faktor-faktor yang berkontribusi terhadap penyebab kondisi seperti itu, sebelum saya menarik kesimpulan untuk artikel ini.

Penyebab Penyakit autoimun

Ilmu kedokteran masih belum dapat menyimpulkan teori-teori yang dapat menjelaskan penyebab penyakit autoimun. Namun, ada asumsi bahwa faktor gen dan lingkungan, entah bagaimana berkontribusi pada penyebab. Dokter juga telah mengidentifikasi unsur-unsur yang berfungsi sebagai pemicu penyakit ini. Ini termasuk paparan matahari, infeksi, obat-obatan atau dalam beberapa kasus, kehamilan.


Dan sejauh pengobatan penyakit autoimun ini dianggap, banyak faktor mendorong keputusan tentang jenis pengobatan. Ini mungkin termasuk jenis kondisi, gejala dan keparahan penyakit. Pengobatan berfokus pada meringankan gejala, melindungi organ tubuh yang terkena dan berurusan dengan mekanisme penyakit.

Pengertian dan Gejala Scleroderma

Scleroderma adalah penyakit autoimun dengan gejala utama berupa pengerasan dan penebalan kulit. Area yang sering terkena adalah wajah, tangan, dan kaki. Organ-organ di dalam tubuh, seperti sistem pernapasan dan pencernaan, juga dapat terkena. Pengerasan tersebut terjadi akibat sel-sel di dalam jaringan penghubung kulit memproduksi kolagen secara berlebihan sebagai efek dari sistem kekebalan tubuh yang bekerja secara tidak terkendali. Scleroderma bukanlah penyakit keturunan, namun kelainan gen diduga turut memicu terjadinya penyakit ini.

Gejala Scleroderma                            

Scleroderma tidak hanya menyerang kulit atau terlokalisasi di bagian kulit tertentu (localised scleroderma), tapi penyakit ini juga bisa bersifat sistemik dan menyerang organ dalam maupun sirkulasi darah (systemic sclerosis).
Pada localised scleroderma, terdapat dua macam bentuk bercak keras di kulit, salah satunya berbentuk oval (morphoea). Dilihat dari warnanya, bercak oval ini bisa terlihat lebih gelap atau lebih terang dibandingkan warna kulit asli penderita. Dengan permukaan yang tidak ditumbuhi bulu dan terasa gatal, bercak oval bisa muncul di bagian kulit mana pun.


Bentuk bercak localised scleroderma kedua adalah lurus (linear). Bercak lurus ini bisa muncul melintang pada kulit kepala, tangan, kaki, atau wajah. Pada kasus linear localised scleroderma, pengerasan jaringan kulit juga bisa berdampak kepada otot atau tulang yang berada di bawah kulit. Jika diderita anak-anak, kondisi ini berpeluang menyebabkan deformitas tulang dan mengganggu pertumbuhan. Pengerasan kulit pada anak-anak umumnya terjadi di bawah kaki mereka.
Golongan scleroderma selanjutnya adalah systemic sclerosis. Dinamai seperti itu karena efek penyakit tidak hanya terlokalisasi di kulit, tapi juga bisa menyerang sebagian organ dalam, seperti:

  • Usus (menyebabkan gejala konstipasi, diare, nyeri ulu hati, dan inkontinensia alvi (ketidakmampuan menahan dan mengeluarkan tinja pada waktu dan tempat yang tepat).
  • Ginjal, paru-paru, dan jantung (menyebabkan gejala tekanan darah tinggi, sesak napas, dan hipertensi paru).
  • Esofagus (menyebabkan gejala disfagia atau sulit menelan).
  • Systemic sclerosis lebih banyak diderita oleh wanita daripada laki-laki, dengan kisaran usia antara 30-50 tahun. Sedangkan pada anak-anak, kondisi ini jarang terjadi. Jenissystemic sclerosis tipe ringan biasanya timbul sebagai Fenomena Raynaud yang mana ujung jari-jari tangan memutih bila terpapar suhu dingin.

Saat terkena systemic sclerosis, kulit wajah penderita dapat terasa mengencang dan menebal terutama di sekitar bibir. Gejala ini juga terasa pada jari-jari tangan dan kaki, namun sebelum penebalan terjadi, bagian tersebut akan terlebih dahulu mengalami pembengkakan hingga bentuknya menyerupai sosis.
Pengerasan kulit juga dapat mengganggu pergerakan sendi dan menimbulkan nyeri. Gejala lainnya yang menyertai adalah tubuh terasa lelah, penurunan berat badan, serta mengalami kerontokan rambut.

Tidak hanya organ dalam, systemic sclerosis juga bisa menghambat pembuluh darah tangan, kaki, dan wajah sehingga pada bagian-bagian tersebut muncul bintik-bintik merah.

Diagnosis Scleroderma

Periksakan diri anda ke dokter apabila ada gejala-gejala scleroderma pada diri anda atau anak anda, seperti tangan atau kaki mudah merasa dingin (sensitivitas tidak wajar); mati rasa, kesemutan, dan perubahan warna kulit, kulit terasa mengencang, menebal, dan mengeras; serta munculnya benjolan-benjolan putih di bawah permukaan kulit.
Ada beberapa langkah medis yang bisa dilakukan oleh dokter untuk mendiagnosis scleroderma, di antaranya:
  • Pemeriksaan fisik untuk melihat pola bercak dan pengerasan di kulit.
  • Biopsi atau pemeriksaan sampel jaringan kulit di laboratorium.
  • Pemeriksaan darah untuk mengukur tingkat suatu zat antibodi.                                
  • Tes ekokardiogram untuk mengetahui gambaran kondisi jantung.
  • CT scan untuk mengetahui gambaran kondisi paru-paru.
  • Tes fungsi paru.

Scleroderma tergolong sulit didiagnosis. Selain karena dapat menyerang beberapa bagian tubuh penderitanya, kondisi ini memiliki banyak bentuk.

Penyebab Anemia Hemolitik

Penyebab anemia hemolitik

Hemolitik Intrisitik: Hancurnya sel darah merah disebabkan oleh kelainan dalam sel darah merah itu sendiri. Penyebab Anemia hemolitik intrinsik seringkali diturunkan. Contoh dari jenis anemia ini termasuk anemia sel sabit dan talasemia. Kondisi ini menghasilkan sel darah merah yang tidak dapat hidup senormal sel darah merah umumnya.

Hemolitik Ekstrinsik: Sel darah merah normal memang dibuat tetapi kemudian segera rusak karena terjebak dalam limpa, infeksi, atau rusak karena obat yang dapat mempengaruhi sel-sel darah merah. Pada kasus yang parah, kerusakan dapat berlangsung selama bersirkulasi. Kemungkinan penyebab anemia hemolitik ekstrinsik ini meliputi:

  • Infeksi, seperti hepatitis
  • demam tifoid
  • bakteri E. coli
  • Mycoplasma pneumonia, atau
  • Streptokokus
  • Obat seperti penisilin
  • Leukemia atau limfoma

Beberapa jenis anemia hemolitik ekstrinsik bersifat sementara dan akan sembuh selama beberapa bulan. Namun jenis lain bisa kronis dengan periode reda dan kambuh.

Gejala anemia hemolitik
Berikut ini adalah gejala anemia hemolitik yang paling umum. Namun setiap orang mungkin mengalami gejala yang berbeda. Gejala ini mungkin termasuk :
  • Kulit pucat atau kurangnya warna kulit
  • Penyakit kuning, misalnya menguningnya kulit, mata, dan mulut
  • Urin berwarna gelap
  • Demam
  • Kelemahan
  • Pusing
  • Kebingungan
  • Tidak toleran dengan aktivitas fisik
  • Pembesaran limpa dan hati
  • Peningkatan denyut jantung (takikardia)
  • Jantung murmur

Gejala anemia hemolitik diatas mungkin bisa terlihat seperti kondisi darah atau masalah medis yang lain. Jadi selalu berkonsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.


Cara mendiagnosa anemia hemolitik
Dokter mungkin akan membuat dugaan anemia hemolitik berdasarkan gejala, riwayat medis dan pemeriksaan fisik lengkap. Selain itu, dokter juga dapat meresepkan tes darah termasuk:

Bilirubin: adalah tes untuk mengukur tingkat sel darah merah di liver yang telah rusak
Hemoglobin: adalah merupakan tes yang mengukur jumlah sel darah merah anda

Jika dokter anda menganggap kondisi anda mungkin berhubungan dengan anemia intrinsik, maka mereka mungkin mengambil sampel darahuntuk dilihat di bawah mikroskop untuk memeriksa bentuk dan ukurannya.


Tes-tes lainnya termasuk tes urine untuk mencari adanya sel darah merah. Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan aspirasi sumsum tulang atau biopsi. Tes ini dapat memberikan informasi tentang seberapa banyak sel darah merah yang dibuat dan bentuknya.

Cara hidup dengan anemia hemolitik

Penting untuk bekerjasama dengan penyedia layanan kesehatan untuk meminimalkan risiko episode hemolisis, dan untuk mengurangi kesempatan infeksi. Misalnya, banyak orang dengan anemia hemolitik rentan terhadap dingin, karena bisa memicu kerusakan sel darah merah. 


Dengan menghindari dingin, misalnya mengenakan pakaian hangat, dan ruangan rumah yang hangat, anda bisa meminimalkan risiko kekambuhan. Anda bisa mengurangi risiko infeksi dengan cara menjauhi orang-orang yang sakit, menghindari kumpulan orang banyak, sering mencuci tangan, menghindari makanan mentah, menyikat gigi secara teratur, dan vaksinasi flu.